Tersesat di Dunia Lain Part 3

 

 

Terus menyusuri jalanan yang ada, kami sampai di sebuah Gardu PLTA. Di sini kami tambah kebingungan karena tetap saja tidak menemukan yang kami tuju. Yang lebih aneh lagi, selain kompas tidak berfungsi, google maps juga tidak dapat berfungsi, gue dan temen-temen dibuat kebingungan dan celingukan dengan tatapan mencekam sekaligus merinding.

Kami memutuskan tetap melanjutkan perjalanan, tidak fokus untuk ke waduk, yang ada dipikiran gue dan temen-temen intinya gimana caranya bisa keluar dari jalanan tengah hutan. Sialnya ban motor salah satu rombongan kita ada yang bocor, jadi kami menyetir agak pelan-pelan. Di sini ditemukan kejanggalan baru lagi, anehnya meski ban bocor tetap bisa jalan biasa meski perjalanan jauh sekali.

“Loh loh…”

“Bro, bukannya ini yang tadi?” tadi yang dimaksud adalah samping jembatan lokasi pertama saat kami membuka google mapa. Aneh banget sumpah Bro…karena kami semakin merinding, kami tetap melanjutkan perjalanan, dan anehnya sampai 3 kali kami hanya mumutar-mutar di tiga tempat yang jaraknya jauh-jauh, yaitu Samping jembatan pertama membuka google maps, gardu PLTA, dan kuburan. Untuk ketiga kalinya kami memutar pas tiba di kuburan, kami memutuskan untuk duduk sebentar di dekat kuburan tersebut. Di situ kami berdo’a bersama, saat kami duduk melingkar dan berdoa, anehnya di atas ada bintang yang seolah berjalan zig-zag, bahkan saat kami melanjutkan perjalanan bintang di langit yang seperti berjalan zig-zag itu mengikuti perjalanan kami saat menemukan jalan lain dekat kuburan. Tapi anehnya saat kami mengambil jalan pintas yang tidak kami lihat sebelumnya, ternyata jalannya buntu.

Di penghujung jalan buntu gue dan temen-temen dibuat kaget

“Blukkkkkkkk…kkkk…kkk..” ada suara benda yang jatuh sangat keras dan kami semua juga melihat bayangan hitam di dekat pohon, disusul bau busuk yang sangat menyengat. Tanpa pikir panjang kami langsung tancap gas pitar balik dan mengikuti jalan sebelumnya.

“Wussss…”

“Woy woy… itu ayo ikuti ukang sayur itu”

Kebetulan gue dan temen-temen lihat tukang sayur yang lewat baru saja (maklum sudah jam 4, mungkin mau kulakan). Kami mencoba mengikuti dengan kencang motor si tukang sayur tadi—kami berpikir pasti tukang sayur akan keluar ke tempat keramaian, tapi sayangnya tidak bisa terkejar. Seolah-olah tukang sayur itu menghilang begitu saja.

Gue dan temen-temen udah pasrah banget, tanpa peduli terus mengikuti jalanan yang ada (karena tidak ada jalan lain). Anehnya saat kami sudah lelah sekali tiba-tiba kami bertemu ruas jalan yang semakin sempit, lalu melewati jembatan yang sangat kecil—mungkin hanya setapak. Pas kami melewati jembatan, saat tepat berada di atasnya kami merasa janggal sekali, seperti melewati polisi tidur yang tinggi, benar-benar kerasa “Jengglekkkkkk…”

Dannn ….surprise………

            Langit sudah mulai terang, kami melihat sebuah mushola dan perumahan warga. Kami saling memandang, lalu menuju mushola untuk salat subuh karena sudah setengah 6. Setelah salat kami saling menatap dan heran

“Loh bisa-bisanya bensinnya tidak berkurang, bahkan banku yang bocor bisa jalan” dengan mata membelalak menatap tangki motornya Bram heran

Kemudian masing-masing mengecek spedometer atau tangki motor ternyata benar, sama sekali tidak berkurang.

Gue dan temen-temen kebetulan setelah selesai dari mushola bertemu dengan warga sekitar; kami mengobrol dan kami menceritakan kisah kami

“disitu (samping jembatan awal membuka google maps) ) ada kecelakaan angkot dan banyak korban yang meninggal” kata bapak itu menyahuti cerita kami.

 saling bercerita kejanggalan-kejanggalan, masing-masing jadi tau ternyata apa yang dirasakan saat tiga kali berputar di tempat yang itu-itu saja memiliki pengalaman yang berbeda.

Ada yang merasa jalan di tengah hutan itu sempit dan berliku, ada yang merasa bahwa jalan itu seperti gula kacang—alias sangat jelek dan tidka terawat, sedangkan aku merasa biasa saja; jalanan luas dan lancar-lancar saja. Hanya saja di jalanan gue dibuat merinding karena ada suara-suara yang memanggil namaku berkali-kali saat menyetir, suara itu seolah persis ditelingaku.

Setelah selesai bercerita dengan bapak-bapak tersebut, kami menuju ke waduk yang sudah lumayan dekat dan terlihat, lalu kami pulang.

             Saat tiba di rumah, kami saling bercerita dan merasa terkesan, saling bertanya seolah bertanya

“apa mungkin kita di dunia lain semalam itu?”

Dengan munculnya pertanyaan itu, gue iseng coba membuka google maps)  lagi, re-check lokasi.

AND WHAT THE HELL ternyata tidak ada jalanan, di google maps)  dengan jelas menunjukkan bahwa semalam yang kami lewati adalah sebuah hutan rimba yang tidak ada jalan setapak pun.

Setelah gue menunjukkan ke temen-temen, kami saling menatap dengan raut wajah yang heran, sesekali tidak percaya. Tapi satu hal yang harus kami syukuri, untung masih bisa kembali. Thank God.

Comments

Popular posts from this blog

Jenis-Jenis Novel

Tips-Tips Menulis Praktis Dengan Rumus (7W+1H)

Tips-tips Bagi Aktor Pemula Dalam Teater.

Hutan Pinus Mangli, Magelang