Sudah Bersyukurkah?
Kali
ini gue mau nulis dengan bahasa yang rileks, santai, dan ngalir gitu aja, sebatas
untuk refleksi diri sendiri dan kita bersama (ya maksud gue bersama orang yang
mau baca tulisan gue). Sering nggak sih diri lu sendiri tanya ke diri sendiri “sudah
bersyukur belum sih? Dan kalau udah, itu sudah seberapa? “ kalau gue
sih jujur sering, dan kadang malah merasa bersalah sama diri sendiri, ternyata
gue gitu banget, I mean sering banget nggak bersyukur. Kayak misalnya “
kenapa gue nggak kayak si A, B, C” hmm dan segudang pertanyaan lain
laginya tentunya. Tapi perlu dicatat ya kalau menurut perasaan gue, ini bukan
karena iri sama mereka, gue nggak sedih lihat mereka lebih dari gue, atau gue
juga nggak doain dia biar kayak gue. Cuman ya itu tadi, kadang sering banget
suka berandai-andai. Well, dari perasaan gue tadi means gue nggak bersyukur dong.
Next,
semoga masih baca deh ya lu semua (iya lu semua yang mau baca tulisan gue). Biasanya setelah gue merenungi nikmat-nikmat
orang lain, dan melupakan kenikmatan sendiri, gue bengong lama gitu, terus
ujung-ujungnya tiba-tiba gue sadar, padahal kan ya masih sering, banget dan banyak
gitu mendengar langsung dengan telinga sendiri kayak misalnya “enak ya lu
bisa kuliah, enak ya lu bisa gitu, wah kamu mah nggak kayak aku” (momen
atau ungkapan kayak gini gue yakin
banget elu semua pernah bahkan mungkin sering denger dari kerabat lu, temen lu,
atau bahkan bisa banget loh dari orang-orang yang jauh dan nggak lu kenal tapi
mereka sering lihat lu dari kejauhan), tapi pas orang lain bilang ke gue kayak
gitu “gue biasa aja gitu” . Padahal harusnya dari
ungkapan-ungkapan orang lain yang
disampaikan ke gue tadi ya gue harusnya sadar,
“Woyy yang pengen kayak lu tuh masih banyak, Bangun oey!!!” but hell,
gue sukanya lihat ke atas lagi, ke atas lagi, sampai puncak gunung Semeru
(hehe bercanda), ya maksudnya karena lihat ke atas lagi jadinya gue merusak nikmat
yang Tuhan berikan semuanya ke gue secara cuma-cuma dan hilang seketika seperti
ditelan bumi. Pffttt…
Parahnya
lagi nih ya, ehem mungkin lu semua pernah ngalamin (terutama teruntuk
cewek-cewek yang suka stalk Instagram artis-artis yang ideal banget) ngebatin
dan seolah-olah kagum banget, aslinya yah kagum doang gapapa, tapi masalahnya
kadang menjalar sampai ke urat-urat gitu jadi kepengen. Kalau udah kepengen
gitu ya cuma ada dua kemungkinana, elu mau berusaha keras dan jadiin motivasi
apa malah ngebuang rasa bersyukur lu dan menggebu-gebu kepengen, eh akhirnya -kan
malah down sendiri, bahkan merandah,
bukan rendah hati guys, tapi apesnya malah merasa jadi rendah diri hohohoo… (apalagi yang sifatnya
itu duniawi dan glamour—bikin jiwa meronta-ronta huhuhu). Yang perlu disadari
di sini, sekaligus jadi pesan untuk diri gue sendiri “Hei, come on guys,
you are amazing, even not amazing in all side, but you’re still amazing for
your self!” please buang rasa
kepengen-kepengen, rasa kenapa gue nggak kayak dia, kenapa gue begini, hempas jauh-jauh
deh.
Guys…
aku ingat suatu cerita, gue nggak mau bertele-tele, cerita ini sebuah analogi
kehidupan yang bagus menurut gue. Seperti ini, lu pernah kan sekolah? Lu ingat
kan di kelas itu nggak mungkin semua duduk di baris depan persis dekat gurunya, persis depan papan tulisnya, pasti ada yang jauh, ada yang pojok, dan ketika semua siswa disuruh maju ke depan serentak oeh gurunya, yang sampai di depan duluan siapa? ya logika umunya pasti ya siswa yang duduknya paling depan, cuman mungkin menurut lu mungkin nggak yang sampai depan murid yang duduk paling pojok dan paling belakang? ya mungkin aja tuh, meskipun peluangnya tidak besar tapi selama berusaha lebih keras juga bakal bisa, ga perlu lu duduk di baris depan dulu biar lu bisa paling cepat maju ke depan. intinya pasti kalian lebih mengerti.
HEII dengar ini bukan menggurui pembaca, ini sedang refleksi terhadap diri sendiri, dengan menulislah cara gue healing, jadi gue tidak perlu repot-repot minta maaf ke pembaca kalau tulisan gue lu anggap seperti apapun. Well, thank for reading my reflection guys, but before I am closing this works, I will ask one to all of you, “kalau ada skor angka 1-10, kira-kira rasa bersyukur lu itu udah berapa sih skornya? Kalau minat silahkan dijawab, dalam hati atau pun kolom komentar di bawah. Aha. Terakhir ya, intinya di sini gue cuma mau bilang bahwa sesuatu yang lebih indah itu pasti bakal selalu ada selamanya (bahkan walaupun lu sudah memiliki yang paling indah sekali pun).
HEII dengar ini bukan menggurui pembaca, ini sedang refleksi terhadap diri sendiri, dengan menulislah cara gue healing, jadi gue tidak perlu repot-repot minta maaf ke pembaca kalau tulisan gue lu anggap seperti apapun. Well, thank for reading my reflection guys, but before I am closing this works, I will ask one to all of you, “kalau ada skor angka 1-10, kira-kira rasa bersyukur lu itu udah berapa sih skornya? Kalau minat silahkan dijawab, dalam hati atau pun kolom komentar di bawah. Aha. Terakhir ya, intinya di sini gue cuma mau bilang bahwa sesuatu yang lebih indah itu pasti bakal selalu ada selamanya (bahkan walaupun lu sudah memiliki yang paling indah sekali pun).
Yogyakarta,
January 14, 2020.
Lifah
Saya juga ikut 'ngaca' dear
ReplyDeleteHehehe..
Delete