“O, Begitu”. “ O, Begini”, “ O” !!


        Membicarakan tentang huruf O mengingatkan aku pada perkataan guru SMA-ku, Pak Subagyo namanya.Ya, Pak Subagyo, gendut, lumayan pendek dan kepalanya botak, tapi kulitnya agak putih kekuningan. Kurang lebih  waktu itu beliau menyampaikan seperti ini “Kelihatannya simpel cuma NGUCAP O, tapi fungsinya, wah sangat luar biasa” lagaknya sambil sedikit meringis memamerkan giginya, barangkali Pak Subagyo merasa WAH karena dirinya seolah-olah satu-satunya yang menciptakan teori fungsi MENGUCAP O. Kemudian Pak Subagyo melanjutkan tuturanya dengan wasis menjlentrehkan apa saja fungsi dari MENGUCAP O. 
   Akupun ingat betul tiap-tiap fungsi dari MENGUCAP O tersebut.  Nah sejak hari itu ternyata apa yang disampaikan Pak Subagyo beberapa tahun silam masih terngiang-ngiang di telingaku. Dan benar saja bahwa satu huruf O ini kalau diucapkan dapat berfungsi dalam kalimat dan kondisi apapun. Contohnya pas aku marahan sama Nadia;pacarku waktu SMA. Ia mengekspresikan kemarahannya hanya dengan menjawab O saat aku selesai menjelaskan panjang lebar tentang masalahnya pada waktu itu.  Benar-benar ucapan O dari Nadya itu aneh bin ajaib dan asem bin apes O itu sangat memberi efek pada hatiku yang remuk redam. Bahkan ucapan  O dari Nadia itu adalah akhir hubunganku alias putus. Ah sial umpatku, penjelasanku cuma dijawab dengan satu kata, yaitu O dan hancur sudah hubungan ini.

  Kemudian aku juga ingat persis kejadian di Rumah Sakit Amanah saat ibu melahirkan adik keduaku. Bu Bidan Nuri memberi tahu ayah tentang  apa saja yang dapat membantu ibu dalam pemulihan operasi caesarnya  supaya cepat kering.  Lagi-lagi bapak hanya menjawab dengan ‘O begitu’, terkesan sederhana tapi O tersebut memang wOw karena maksud O di sini adalah tanda bahwa bapak benar-benar paham, ah atau mungkin malah sama sekali tidak paham apa yang dikatakan Bu Nuri.

Tak kalah wOw lagi saat aku masih SMP hanya karena gara-gara aku ngomong ‘O’ibu membiarkanku tidak memiliki uang jajan selama tiga hari. Yaps betul gara-gara  ‘O’ aku benar-benar dibuat galau. Pasalnya waktu sepulang les dari sekolah aku tidak langsung pulang, melainkan pergi ke tempat PS-an dulu hingga menjelang isya’. Pas aku sesampai di rumah eh eh, enggak ada angin enggak ada hajatan, eh hujan  ibu memarahiku lama sekali;terlihat sebelas duabelas dengan radio tetanggaku. Dan parahnya aku malah kesetanan, mungkin aku tidak sadar saat di jalan ketempelan jin, jadi ketika ibu ngomong panjang kali lebar kali tinggi tiba-tiba aku menyela dengan satu huruf, yaitu ‘O’,  dan Awwwwwww  tangan ibu menjewerku kencang sekali, sekaligus mengintimidasi bahwa  ‘tidak akan ada uang jajan selama tiga hari’. Kejadian ini mengawali hari-hariku untuk tidak mengucapkan O lagi terutama ketika ibu marah-marah. Hal itu dinilai tidak sopan atau sebut saja bahwa itu adalah ekspresi ‘menyepelekan’ lawan bicaranya.  Dari pengalaman yang telah aku paparkan baru saja membuktikan bahwa mengucap O dapat mengekspresikan fungsi yang berbeda-beda;baik mewakili ekspresi kemarahan (seperti mantan saya, hihi), ekspresi paham atau sangat tidak paham (seperti ayah), dan juga ekspresi menyepelakan (seperti saya) hehe.


          Kali ini fungsi O yang ke empat adalah  ekspresi kaget yang jarang dijumpai. Hal ini tak lain yang dialami oleh Rukmini teman kuliahku. Ia  cewek yang dijuluki sebagai Miss Kepo, jadi tak heran jika setiap ada kesempatan berbicara, pasti ia akan mengajak ngrumpi teman yang ada di dekatnya.  Mengingat ekspresi Rukmini kala itu sungguh membuat aku geli. Bagaimana tidak? Saat Rukmini sedang berbincang dengan Sinta, entah membicarakan apa, yang jelas akhir kalimatnya adalah  tentang gay, dan ah sungguh membuat terpingkal-pingkal melihatnya. Rukmini sontak mengatakan O dengan vocal yang panjang disertai mulut yang mangap menganga,  matanya terbelalak persis seperti orang kesetanan. Ha ha ha rupanya ia patut dijuluki MISS ALAY juga, batinku.
           

        Masih membicarakan seputar O yang tidak kalah menarik.  Fungsi O yang terakhir ini benar-benar membuat skakmat. Bahkan mengingat saja aku tidak sanggup. Jika aku meraih ingatan ini tubuhku seketika  lemas tak berdaya meluruh ke otak dan meradang ke pikiran membuat peluh dan otak tidak dapat berfungsi. Hal ini dimulai seminggu yang lalu ketika aku jatuh cinta pada wanita fakultas seberangku. Seperti pepatah yang ku dengar “kau belum benar-benar jatuh cinta jika kau belum merasakan rindu yang teramat dahsyat sehingga kau sendiri bingung dengan apa yang terjadi”, maaf itu ternyata pepatah yang aku dengar dari mulutku sendiri dan aku juga membuatnya sendiri (hmm). Dan yaps , terhitung 7 hari ini aku tersiksa karena cinta. Rupanya pepatah yang aku ciptakan memang mumpuni. Aku jatuh cinta, cinta ini membuahkan rindu yang mahadahsyat. Aku sendiri tidak mampu menjelaskan melalui kata, dalam batinku hanya ada kata “O, begini to rasanya rindu yang mahadahsyat”. 

         Hingga kini pun setelah sebulan aku jatuh cinta. Aku dapat  menghasilkan fungsi teori NGUCAP  O yang lain akibat variasi rasa dan pengalaman batin yang berbeda-beda karena cinta. Kadang aku mengucap  “O, Begitu”. “ O, Begini”, “ O” !!. dan “O”.


Nb: all picts from google.

Comments

  1. Sekarang saya paham maksud dari perkataan seorang kawan saya. Begini katanya "jangan pakai o, pakailah o"

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jenis-Jenis Novel

Tips-Tips Menulis Praktis Dengan Rumus (7W+1H)

Tips-tips Bagi Aktor Pemula Dalam Teater.

Hutan Pinus Mangli, Magelang