Gagal Bercinta
“Iya sayang, I just loving you, really “
“aku kangeeeennn bangetttttt “
Itu chat yang baru saja kemarin aku kirimkan kepada kekasihku tercinta, sayang sekali, ia hanya kekasih tercinta, dan selamanya begitu. Aku bahkan sudah memikirkan mengenai pernikahanku dengan lelaki lain, bukan perihal dijodohkan oleh kedua orangtua. Tentu, ini merupakan pilihanku sendiri. Ah kau jangan berlagak bingung. Ya! aku melakukan ini demi banyak hal, termasuk uang. Hanya saja ada alasan lain yang lebih intim dan mungkin tidak kau pahami. Bukan,bukan hamil duluan, aku tidak sebejat itu. Hmm ini bermula ceritaku sejak kecil. Tapi ah bagaimana bisa aku bertele-tele menceritakan masa kecilku hingga sekarang aku sudah kepala dua. Ish, aku ingin tidur dulu saja. Meski udara malam ini sangat panas aku tidak peduli. Aku ingin sekali, ya ingin sekali bermimpi bahagia. Hampir lupa rasanya bahagia. Keputusanku untuk menikah memang terlalu gegabah. Jelas sekali. !
***
Kita hidup bersama, dan aku akan selalu manja sekaligus merajuk dan menciumi pipimu, bahkan ketekmu kalau saja kamu tidak memberikan hal-hal yang membuat aku tersenyum. Kemudian kita akan berdiskusi bersama dengan asyik. Mulai dari isu politik partai Tronjal-Tronjol Maha Asyik dari pasangan DILDO hingga berdiskusi tentang gaya-gaya yang asyik nanti kalau-kalau kita menikah dan malam pertama. Gimana? Asyik bukan? Di musim gajian kita akan pergi berbelanja, bukan ke Mall melainkan ke toko buku, kita bisa mengunjungi Gramedia, Toga Mas, atau kemana saja kau ingin. Hihihi aku akan cekikikan sambil mencubit-cubit perutmu yang mulai buncit saat kamu memboncengkan aku. Dan aku akan memijat-mijat punggungmu setelah semalaman lelah bercinta. Hiihii aku ketawa lagi.
***
Ah sayang .. ah cukup, hal indah di atas cuma mimpi, mimpiku tanpa perlu tidur. Mimpiku bersama kekasihku tercinta, bukan mimpiku bersama calon suamiku yang dua bulan lagi akan pulang dari luar negeri dan menikahiku kemudian meniduriku. Aku tidak yakin bisa bercinta dengannya. Sungguh ! aku hanya memimpikan bercinta dengan kekasihku tercinta. Bukan aku pernah bercinta, tapi aku pastikan sesuatu yang berembel-embel ‘cinta’ itu menyenangkan dan membuat mabuk kepayang.
Ah nasib, begini adanya, mau di begitukan tetap begini, aku tidak ingin tertimpa perihal ini, aku takut masalah ini akan berlanjut. Tapi jika tidak aku segerakan pernikahannya dengan calon suamiku, aku harap-harap cemas aku akan menjadi berita viral dikoran, diportal berita mana saja karena bunuh diri, atau akan di tertawai teman-teman sekampusku karena terpaksa harus masuk RSJ. Oh tidakk ! aku memilih menikah dengan seniorku dimasa SD yang akan bersedia menyuplai full masalah keuanganku, dengan begitu aku tidak perlu repot-repot memikirkan uang. Kemudian aku tidak akan depresi berada di rumah yang isinya iblis, ah neraka persisnya, sejak aku masih latihan jalan dan otakku belum mengenal angka serta huruf, aku selalu menyaksikan pertengkaran antara papa dan mama. Mirisnya selama aku kuliah, uang selalu menjadi bahan adu mulut di antara mereka. Kekasih tercintaku tidak akan pernah mengerti ini, aku tidak mendzolimi perasaanmu sayangku. Hanya saja aku mengalah untuk menutup mulut mereka yang puas anaknya bisa kuliah di kampus favorit yang di gadang-gadang mereka. Maka diam-diam aku mengambil kesempatan seniorku yang mencintaiku dan mengiris perasaan kekasih tercintaku. Biarlah, biar saja kita, aku dan kamu, kamu kekasih tercintaku selalu ada dalam mimpi bahagiaku. Kalau saja aku ceritakan pada semua orang tentang kamu, tentu mereka akan iri. Hanya saja engkau belum sanggup membiayai hidupku dan tetap bertahan sebagai penulis miskin. Ah tragis sayang, kita gagal bercinta hanya karena rupiah. Ah miris, kita gagal bercinta hanya karena kau belum siap menikahiku.
Comments
Post a Comment