PhsycoMat




“Apa?” aku sangat shock  dengan pernyataannya.
“Iya, Nak. Mending kita segera kesana untuk melihat kondisi teman-temanmu Nak.”
Aku tergopoh-gopoh bercampur ketakutan jikalau terjadi apa-apa dengan 3 sahabatku di sana. Semua ini bermula dengan ideku. Jadi begini ..
***
Kuliah semester genap telah usai, dalam keadaan semacam ini aku bersama 3  sahabatku benar-benar nafsu untuk pergi liburan untuk menyegarkan pikiran yang telah mati bersama tugas setiap hari.

“Guys, gimana kalau kita nge-camp di daerah ini “ sambil menunjukkan HP-ku
“Lumayan juga, tapi males aku kalau harus bangun tenda-tenda segala” ujar Santi dengan tatapan kurang suka.
“Gimana kalau kita nyewa semacam homestay begitu” usul Max alias Marzuki

Setelah diskusi panjang kali lebar akhirnya Aku, Santi, Alex, dan Fajar si tukang ‘manutan’ memiliki kesimpulan yang sama alias saling sepakat, yaitu pergi ke daerah Hutan Arang yang terkenal dengan hutan yang masih perawan serta dikelilingi air terjun yang indah. Kami juga sepakat menyewa homestay di daerah terdekat yang kami dapatkan dari google. Singkat cerita kami menelepon pemilik homestay tersebut sesuai dengan nomor yang tertera di google.


***

“Cepet woy, kita bertiga udah siap nih di rumah Santi”
Hmm ternyata aku paling telat di antara mereka. Oke siap deh let’s go..

***

Hari sabtu yang cerah, terlihat dari  langit yang biru menawarkan hari yang indah.
‘Memang benar, tidak ada yang lebih indah kecuali bertemu dengan alam yang masih perawan’ batinku sambil menghirup udara  suci yang menggoyang-goyangkan tubuh pohon serta dedaunan di sekitar langkah kami berempat.


“Guys, kalau sesuai google maps, sepertinya itu deh homestay-nya” tunjuk Alex  mengarah ke barat tepatnya sebuah rumah kecil yang berada 100 meter setelah pintu masuk hutan.

“Hah, gewla, NO NO banget, masa iya itu” Santi sontak terkejut melihat homestay itu, dari kejauhan terlihat seperti bangunan tua.
“Nggak mungkin dong Maps ku salah, toh enggak ada homestay lagi selain itu” elak Alex

“Udah, udah langsung aja yuk cus kesana “ajakku


***

“Kalian yang memesan homestay  ini kan? “ tibat-tiba suara lelaki paruhbaya di belakang kami
“I I iya Pak” jawab  Fajar
“Ini kuncinya semoga menikmati liburan kalian”
“Iya Pak terimakasih “serentak kami berempat menjawab

Kemudian kami memberikan uang DP tersebut kepada pemilik homestay ini;tertulis di internet namanya adalah Pak Raden.
Tidak ada sesuatu yang perlu dirisaukan, homestay-nya bersih namun hanya ada beberapa kayu yang terlihat mulai lapuk dan kaca jendela yang sedikit retak, meski Santi kurang menyukai bangunan tua akhirnya dia tidak masalah jika ternyata sebersih ini di dalamnya.
“Aku pikir bapak tua tadi setan tiba-tiba di belakang kita, eh ternyata dia baik “ Ucap Santi
“Jelaslah reviewnya aja bagus-bagus, murah lagi” pujiku
“Dikasih makan juga yang jelas “tambah Alex, dan serentak pun tergelak tawa.
***
Di penghujung senja kami sangat menikmati kicauan burung yang bersahutan, suara gemercik air dari air terjun yang terdengar nyaring juga kopi yang kami buat melalui kompor yang tersedia.
“Heh, Mat lampu kamarku mati, gimana nih” Adu Santi
“Yaudah tidur di kamar lain saja”jawabku singkat
“Mat kamu harus tau, di kamar sampingku ada lemari tapi aku nggak ngerti ada bau busuk yang menyengat, aku takut”
“Kan bapaknya udah bilang itu kamar belum diperbaiki ngapain masuk-masuk situ”
“Yaelah, gimana lagi kamarku nggak nyala lampunya sih”


Setelah kita berempat memastikan apa yang ada di dalam lemari tersebut ternyata…. Huft, benar-benar deh. Kami sempat berhati-hati dan was-was, dan ternyata adalah cuma bangkai seekor tikus yang terperanjat di dalam lemari, sepertinya belum lama mati.

Kemudian lagi, setelah beberapa menit Alex mau mandi ternyata kran tidak nyala, kami berupaya mengecek apa yang salah, eh ternyata tetap saja tidak nyala.

“Yaudah aku nyari Pak Raden aja ya biar dibenerin” teriakku sambil berjalan keluar
“Yaudah jangan lama-lama”  Santi membalasnya dengan berteriak juga.

***
“Nak ngapain malam-malam di hutan begini”
Tanya seorang kakek-kakek padaku, sepertinya ia baru saja pulang kemalaman mencari kayu bakar.
“Mencari rumah Pak Raden, kami menyewa homestay itu (sambil nunjukin) tapi kami lupa Tanya di mana rumah beliau, kran di homestay rusak”jawabku dengan ramah.

“Apa? Nak, Pak Raden merupakan orang yang terlibat dalam sekte aliran sesat, ia dahulu adalah seorang guru, kamu harus hati-hati, keselamatan nyawa seseorang yang berada di sana tidak dapat dipastikan”

“Apa Pak? Tapi saya lihat review di google sangat bagus, bagaimana bisa?”mukaku pucat pasi mendengar ucapan kakek itu.
“Ia cukup pintar dalam hal seperti itu Nak”

“Kek, 3 sahabat saya ada di sana” aku bergegas lari menuju homestay tersebut, sedangkan kakek tua mengiringi langkah lariku meski sedikit tersengal-sengal nafasnya.

Aku terhenyak setengah tidak percaya saat Santi sudah tergeletak di depan pintu berlumuran darah dan bola matanya hilang satu, aku rasa dicungkil, aku menangis meronta dan memastikan yang lainnya. “Bagaimana bisa Alex menjadi tiga bagian, aku tidak percaya” tangisku sejadi-jadinya, yang membuatku tidak percaya lagi ketika memasuki dapur dan di situ Pak Raden  tergeletak tak berdaya kehilangan kedua telinganya.  So, jelas dalang dibalik semua ini bukan Pak Raden. Aku memilih diam sejenak meratapi kepergian 2 sahabatku.

“Kek, masih ada satu sahabat saya lagi yang belum ketemu” teriakku dari dapur
“kenapa kakek itu tidak menjawab “ hatiku bertanya-tanya penuh kepanikan, aku meluncur keluar menuju ruang tamu, dan Kakek itu sudah  kehilangan kepalanya. Aku semakin tidak mengerti, ada apa, dan bagaimana aku bisa kecolongan.

“Mat, mau lari kemana kamu?” suara itu terdengar dari samping telingaku
Sekilas aku mengerti suara siapa itu, aku kenal betul suara yang jarang terdengar dan selalu menyepakati setiap apa kataku.



Silahkan tebak, siapakah dalang dibalik semua ini? Tulis di kolom komentar, yang bener dapet hadiah. Hadiahnya bohong.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jenis-Jenis Novel

Tips-Tips Menulis Praktis Dengan Rumus (7W+1H)

Tips-tips Bagi Aktor Pemula Dalam Teater.

Hutan Pinus Mangli, Magelang