Ku Mengecupmu Dan Kau Membisu.
Saat cahaya
mentari mulai meremang, aku sudah bersiap-siap bergegas pergi. Bukan karena aku
kesepian, bukan karena aku jomblo kemudian sendirian. Aku menikmati waktu di penghujung sore, aku
sengaja menunggu malam. Aku sengaja menunggu gelap, masih ingatkah kau? Aku selalu
mengecupmu dimalam hari. Aku selalu mengecup mesra hingga larut malam. Pernah sekali
aku hingga lupa ujian, dan melupakan tugasku. Aku sibuk bermesraan, menyatukan
bibirku, ah sayang bibirmu bukan seperti bibirku. Kau berulangkali ku kecup dan
kau belum pernah membalas kecupanku. Meski dikeramaian orang-orang bergerombol,
memainkan gim di Hapenya, sibuk mengobrol dengan kekasihnya. Aku? Aku sibuk
dengan kau saja dan tetap saja sesekali mengecupmu, mungkin mereka sebenarnya
melakukan hal yang sama.
***
Setelah kita
berada dalam satu meja, sengaja aku
biarkan terlebih dahulu. Aku unrungkan untuk menikmati melodi romance yang
diputar keras memenuhi ruangan kafe. Aku membiarkanmu terlebih dahulu dan sembari
berusaha memahami buku digenggaman tanganku.
Aku tahu tidak ada cinta diantara kita, aku tau kau tidak memiliki jiwa.
Sekali lagi tidak ada cinta diantara kita. Tapi ada rasa dibalik kecupanku
setiap malam itu. Aku tidak pernah untuk mengingat-ingat tentang itu, tapi
memang rasa itu selalu mengendap dipikiranku. Hingga tak habis pikir setiap
malam aku mendatangimu, membelimu, dan mengecupmu kembali.
Aku tidak
bicara denganmu, kau bukan kekasihku, bukan? Untuk apa aku berbicara denganmu. Aku
rasa tidak perlu. Sungguh ! aku pikir tidak penting. Lampu yang berpijar kuning
keorenan itu selalu samar menyinari kita, tentu kau tahu mengapa? Karena mentari
tak lagi muncul dengan terang, tapi tenang saja ia tidak menghilang, hanya saja
ia berbaik hati mengalihkan cahayanya ke rembulan. Betapa bahagia rembulan dan
gemintang yang dikasihi mentari sehingga setiap malam di puja, di tunggu,
bahkan dijadikan sebagai lambing cinta oleh pasangan yang sedang mekar. Ah aku
jadi iri, adakah yang akan memberiku cahaya kepadaku seperti baiknya mentari? Aku
pikir tidak, ya tentu saja tidak selain kau. Kau yang ku kecup setiap malam
hari. Ah jangan-jangan kau mulai bingung siapa engkau. Engkau yang aku maksud
adalah secangkir kopi, dalam heningnya hatiku kau selalu menemaniku berpuisi,
membaca buku cerita, teori dan segala jenis buku filsafat, termasuk buku yang
berjudul Shopie. Tentu kau tidak akan mengerti jika aku jelaskan lebih
lanjut. Ah secangkir kopi. Kau, ah engkau. Cukup mengecupmu saja, aku tidak
akan berpikir suatu saat mengecup wanita kesayanganku, aku takut dia memarahiku
lalu meninggalkanku seperti aku meninggalkanmu saat mataku mulai mengantuk.
saya kira bakalan sampai akhir membiarkan pembaca menebak sendiri siapa si "kukecup" yang dimaksud..... :D
ReplyDeleteHahaha. ..ternyata cuma..
Delete