Ibu


Ibu,
Tangannya  melemah dan kering tanpa handbody
Rambutnya yang mulai beruban sana-sini
Tubuhnya kurus penuh arti
Matanya sayu, siang bekerja untuk anaknya, malam bekerja pada Tuhannya.
Ia menjadi tonggak setiap masalah yang anak-anaknya hadapi;bahkan meski mereka sudah beristri, bersuami
Meski kadang tak enggan menjadi musuh anaknya sendiri karena seleranya tak lagi sama.
Di sepertiga malamnya ia berdoa
Menahan sesak tangisnya sendiri
Mengadu kepada Ilahi Rabbi
Anaknya mulai  kurang peduli
Anaknya sibuk dengan suaminya, dan anak-anaknya
Sang Ibu berdoa
'Semoga nasibnya tidak menjadi ibu yang dilupakan anaknya' katanya lirih di dalam hati.
Nafasnya sering tersengal menggambarkan perjuangan
Bahunya tak sekekar binaragawati
Tapi semangatnya tak pernah tersulut, dan keringatnyalah yang menjadi saksi.
Dalam hening sepinya ia merindu
Semasa kecil anaknya ditimang
Semasa bayi anaknya disayang
Kini Ia terkulai lemas dengan cerita pedihnya,
Sekarang ia hidup dengan cita-cita anaknya
Dengan penuh pengharapan dan doa
 yang Ibu tau hanya satu
'Bahagia untuk anak-anakku'.
Dingin dimusim hujan, sengatan terik mentari tak lagi menjadi risau;
Karena kerisauan anak-anaknya adalah kerisauan terbesar baginya.
Ditengah risaunya dedaunan yang terbawa angin
Ia risau dengan nasib anak-anaknya mendatang.
.
.
.
.  Yogyakarta,  December 3, 2018.

Comments

Popular posts from this blog

Jenis-Jenis Novel

Tips-Tips Menulis Praktis Dengan Rumus (7W+1H)

Tips-tips Bagi Aktor Pemula Dalam Teater.

Hutan Pinus Mangli, Magelang