Malam Pertama
Malam Pertama
CERITA INI MERUPAKAN REAL STORY. !
“Dokk..dokkk..dok….”
Suara itu selalu terdengar setiap malam,
tak jarang disertai seklebatan putih-putih seperti angin yang lalu lalang.
Rambutnya memanjang menyapu lantai
Setiap aku kejar tiba-tiba menghilang
Kalau saja mataku saling bertatap
pingsanlah aku
Begini ceritanya, flashback…
***
Hari ini merupakan hari pertama tepat aku
berpindah indekos dari lokasi A menuju B. kebetulan ini merupakan indekos
bangunan baru (2 lantai). Kata bu kos
baru ada 3 penghuni kamar dari 20 kamar. Termasuk aku, yang dua merupakan Mas Tresna
dan Mas Seno. Saya heran bangunan
sebagus ini dengan harga murah tetapi kenapa
indekos ini masih sepi begini, tanyaku heran. Bagaimana tidak, dengan harga 400ribu/bulan
bisa mendapatkan indekos bangunan baru dengan fasilitas free-wifi serta
kamar mandi dalam, luas kamar pun sekitar 4x3. “Ah ngapain aku bingung-bingung mikirin berapa
penghuninya, toh bangunan baru, maklumlah” mencoba tetap berpikir positif Boss.
“Mau kemana Mas Tresna?” sapaku. Tadi pagi aku
sempat berkenalan dengannya, dan aku tau adanya Mas Seno di kamar lantai 1 juga dari cerita yang
disampaikan oleh Mas Tresna.
“Mau kemana Mas?” ku ulang sapaku, aku
pikir dia tidak mendengar
Mas Tresna menengok ke arahku. “Hahhhhh….shittt
“ teriakku refleks setelah melihat wujudnya, aku tidak sanggup mengingat dan
menggambarkan dalam tulisanku. Andai saja aku ingat kembali jantungku akan
terasa copot. Dari belakang mirip, bahkan 100% Mas Tresna, tetapi saat melongo
menatapku tajam, matanya kosong satu seperti bekas dicungkil, giginya bertaring
2 yang memiliki panjang sekitar satu meter, dan parahnya adalah wajahnya rusak. Benar-benar
membuat badanku keringat dingin, ngos-ngosan dan tak habis pikir. Aku segera lari
menuju ke kamar. Solusinya adalah cepat-cepat masuk kamar untuk mengambil HP dan kontak motor untuk segera
cabut. Naas, kamar pintuku susah dibuka, berulang kali aku mencoba membuka,
tetap saja tidak bisa. Oke aku lari terengah-engah lagi coba mengetuk pintu kamar Mas
Seno barangkali sedang di indekos dan menampung diriku, aku langsung turun ke lantai 1.
“Mas, Mas Seno”
“Berisik “ jawabnya, sepertinya Mas Seno
sudah tidur, maklum ia mungkin capek bekerja batinku. Okelah still positive
thinking.
Aku termenung di gerbang indekos persis di samping jalan raya namun jauh dari pemukiman warga, lokasinya bedrampingan dengan
kios-kios, dan belakangnya merupakan kebon yang ditanami pohon-pohon yang
lebat.
“Aduh bagaimana ini” pikirku dalam-dalam
sambil mengatur ritme nafasku yang tersengal-sengal. Jika saja aku ingin
mungkin aku bisa minta tolong penjaga kios di seberang jalan. “Ah masa iya aku
minta tolong sama mbak-mbak itu” pikirku lagi, paling-paling aku hanya
ditertawakan dan dianggap cerita lawakan.
***
Aku memberanikan diri menuju lantai 2 lagi,
tepatnya kamarku. Baru saja sampai ditangga tengah ada anak kecil dua yang
saling bercanda-ria. Aku benar-benar speechless. aku ketakutan, selain takut
dengan kejadian-kejadian yang baru saja terjadi, aku lebih takut jika harus pindah indekos
lagi padahal baru saja aku lunasi sampai 3bulan ke depan. Mau tidak mau aku harus bertahan. “Ah
sial” pikirku.
Tepat sebelum selangkah di tangga tengah tiba-tiba 2 anak yang bercanda itu lari ke
atas menuju kamar paling pojok. Aku yakin betul itu bukan manusia, karena di
sini tidak ada penghuni lain selain aku, Mas Tresna juga Mas Seno.
“Grekk” syukurlah akhirnya pintu ini bisa
dibuka juga
“Huftt “ aku menarik panjang nafasku dan
cukup lega
“Hi hi hi hi”
Ternyata gangguan ini belum usai, aku
berusaha berpikir positif “Oke, stay calm, stay calm, mungkin itu cuma hasil
halusinasi, once again stay calm” aku tidak mempedulikan suara tawa yang tidak jelas asalnya itu.
***
“Bro di mana?” aku coba menghubungi teman
kuliahku
Dyarrrr memang apes, listriknya mati
sedangkan nyawa HP ini tinggal 5% lagi. Tidak bisa berkutik selain sembunyi di
dalam selimut. Ini merupakan pengalaman seram pertamaku selama merantau, wajar jika
hati ini merasa shock, batinku lirih. Tepat pukul 9 malam. Aku memejamkan
mata, tak sesekali mataku memastikan sekitarku aman dan tidak apa-apa. Ini bukan
perihal cemen aku sebagai cowok, tapi sekali lagi ini merupakan kesan pertama.
****
“Den. Udah tidur lu?”
Suara dari luar, dan itu suara Mas Tresna,
aku trauma. Takut itu adalah Mas Tresna jadi-jadian, tapi sekali lagi atas nama
‘lelaki’ aku mendekati pintu dengan langkah was-was, “srettt” aku membukanya
Dan yaa kali ini Mas Tresna beneran. Aku
pun menceritakan kejadian-kejadian yang baru saja aku alami, termasuk menyapa
Mas Tresna palsu yang sangat menyeramkan.
“Ya memang begini, soalnya ini bekas
kuburan” jawab Mas Tresna dengan santai
Bahkan dengan lugas Mas Tresna mengingatkan
agar aku selalu waspada dan berdoa. Mas Tresna 2 hari lagi masa kontraknya
habis alias genap 3 bulan. Peraturan di
sini memang minimal harus 3 bulan kontrak. Kalau boleh aku mungkin aku menangis
tersedu-sedu. Aku merasa terjebak, awalnya aku bangga mendapatkan indekos baru,
bersih dan kamar mandi dalam. Ternyata sial semua ini menjadi beban selama 3
bulan ke depan.
“Bro gue buru-buru ya” Nada Mas Tresna yang
sok akrab menepuk pundakku. Ia membawa ransel besar. Katanya Mas Tresna mau
pergi muncak bersama teman-teman MAPALA-nya. Aku tidak bisa berkutik lagi. Aku menyegerakan
diri untuk segera pergi ke indekos teman bagaimana pun caranya.
***
Aku membawa barang-barang berhargaku, semua
telah aku masukkkan di dalam tas. Dengan langkah tergesa-gesa aku berlari dari
kamar menuju arah turun tangga
“Ah shit” aku mengumpat lagi bercampur
panas dingin. Di sana mereka berjajar menjadi 3 barisan ditangga. Mereka yang
aku maksud adalah makhluk-makhluk yang tidak bisa aku sebutkan. Sekalipun aku
sebutkan kalian akan merasa takut. Aku mulai dilanda kebingungan karena itu
merupakan salah satu jalan keluarnya.
“Tin.. Tin” suara tlakson sepeda motor dari
arah gerbang, dan “Hah” Mas Seno. “lalu siapa yang menjawab dan tidur di
kamarnya tadi?” Tanyaku pada diri sendiri.
Dan syukur, selama aku menengok mengamati
suara tlakson itu, tiba-tiba barisan ditangga itu bubar entah kemana. Aku tidak
mau tau apakah itu benar Mas Seno atau tidak, aku langsung bergegas menyetel
gas paling pol dan keluar dari indekos itu. Entah besok aku balik lagi atau
tidak pikir saja besok. ! yang jelas ini malam pertama yang sangat buruk sekali
dalam hidupku.
Yaahh terimakasih sudah baca cerita di atas
yang merupakan REAL STORY, yaah real story hasil imajinasi. Semoga ikut
deg-degan yaaa.. hehe.. thank. Jangan lupa kritik dan saran ya
Wah seru ini. Bergelut dengan makhluk-makhluk halus. Jadi penasaran, kak.
ReplyDeletesayangnya itu cuma fiksi. hehehe
DeleteHaha. Semoga dari fiksi itu, beneran terjadi kak wkwk.
ReplyDeleteLanjutkan bakat menulisnya kak, sampai menjadi novel.
Astaghfirullah. semoga jangan terjadi beneran. Amin semoga terkabulkan. terimakasih doanya.
DeleteKalau terjadi beneran lebih seru lagi ceritanya. Dan pembacanya makin banyak hehe
DeleteTidak bercita-cita untuk terjadi beneran hehe
Deletemenulis cerita seram dapat menyebabkan paranoid, gangguan tidur dan jamin (ngomong apa sih?)
ReplyDeleteMemang benar begitu.
Delete