Mati Satu Tumbuh Seribu (Part 3)


Luna memanyunkan bibirnya, tak jarang ia melirik kejam menatap mataku, kemudian membuang jauh-jauh tatapannya—lihat gue kayak sampah kali ya. Setelah diam beberapa menit dan berkali-kali mengulangi tatapan sadisnya tiba-tiba Luna berkata
“Tidak! kamu yang memulai, tidak bisa dong kamu mengakhiri semena-mena begini”
Gue memang keren—batinku. Ini benar-benar tidak sesuai ekspektasiku, aku pikir Luna akan menjawab dengan lugas “Ya, why not”. Sekali lagi gue memang hebat, cewek secantik dan sehits Luna bahkan tidak mau gue putus—gue memang GEER.
“Oke, sekarang maumu gimana?” timpalku dengan tegas nan santun—eakkk.
Kemudian Luna menjelaskan panjang lebar, katanya  gue baik, gue gokil, hmm banyak deh. Kalau gue ganteng dan yaa lumayan tajir itu memang tidak perlu diragukan, uplause buat gue, gue memang sombong. Oke alasan inti Luna tidak mau diputus sebenarnya sangatlah di luar jangkauan otak gue. Cewek endorse ini bahkan terbilang terlalu berlebihan “Kamu tuh matanya bulat, mbelok alias lebar” katanya. What the fu*k ??.  setelah hari itu gue mendadak percaya dengan aliran yang sebelumnya gue sendiri menganggap not realistis. Coba tebak ??? apa hayo??? ???
Yaaah Love is Blind, bahkan dia sangat buta, ia mempertaruhkan harga dirinya sebagai wanita,  bagaimana tidak? Ia tidak mau diputus, bahkan dulu ketika gue tembak ia pun menerima menjadi pacarku meskipun sebenarnya ia sudah memiliki Anton yang lebih tajir daripada gue. Dahulu aku pikir cinta buta semacam ini hanya ada dicerita fiktif saja. But, ada kesimpulan yang lebih menarik lagi setelah gue telusuri dan stalking IGnya Anton. Ohhhh ternyata pacar pertama Luna tidak terlalu tampan, masalah muka kayaknya aku win. Oke lupain, jadi tetep aja tetep, ya tetep gue memutuskan Luna dengan segala pertimbangan yang matang, kuning, dan manis—emangnya pisang--heh, meskipun ia tetap tidak terima.

“Sayang?
“Sayang?”
“Sayang?”

Setiap kali, setiap waktu, setiap hari Luna  masih nge-WA. Tentunya sebagai lelaki yang komit dengan pendirian gue. Jelaslah gue tidak mau balikan lagi. Bagi gue balikan sama mantan merupakan sebuah aib.  Eits.. dengan catatan karena dijadiin pacar kedua, kalau saja yang pertama yaah it’s okay kalau masih cinta  why not, walau orang bilang “Menelan ludah sendiri” ah kenapa tidak? Toh ludah sendiri bukan ludah orang lain--e’ehhh.

***
Malam ini gue sengaja males keluar untuk sekedar tongkrong di kafe, atau mana saja, gue lebih memilih nge-gim di kamar bareng Bob. Eh iya ngomong-ngomong tentang Bob nih, gue kasih tau kenapa teman-teman di kampus manggil dia “Bob” padahal namanya Ahmad Bustomi, selain muka dia ehm—you know lah, badan dia gembul, kepalanya plontos persis lapangan yang baru saja disikat habis rumputnya, ya persislah sama karakter BOBOHO, nah jadilah bimsalabim “Bob, Bob, dan Bob.”

***
Seperti kebiasaan lampauku, now I am single, kembali memilah-milah foto-foto selfi cewek-cewek yang memenuhin galeri ponselku. Foto-foto ini gue dapet sebagian karena mereka sendiri yang mengirim, sepertiga lagi gue sendiri yang nge-save, dan sisanya adalah hasil download di internet, ada foto Miyabi, Mia Khalifa, dan kawan-kawannya. He he yang terakhir gue bercanda, sisa sebenarnya adalah foto cewek yang gue download di internet, yaitu Chelsea Islan yang cantik dan bersahaja, yaps gue ngefans sama dia. Cerdas, cantik, dan tentu semampai tubuhnya.
***
Sretttt… eits gue berhenti menggeser dislide berikutnya, “cewek ini unik sekali”, ucapku.
Nama akun IG –nya yang mana ya? Pikiranku mulai melayang-layang, menerka-nerka nama akun IG-nya, bagaimana tidak?
Dia sangat..


“Heh, ayo ngegim lagi” ajak Bob.

Comments

Popular posts from this blog

Tips-Tips Menulis Praktis Dengan Rumus (7W+1H)

Jenis-Jenis Novel

Tips-tips Bagi Aktor Pemula Dalam Teater.

Hutan Pinus Mangli, Magelang