Dendam Part 2 (Donita, aku menyukaimu.!)
Kehidupan yang gersang
Maut rupanya
Namun bukan kematian
Ataupun kecelakaan
Sebuah kenistaan
Keegoisan, nafsu, dan kerakusan
Dunia hancur, dan itu dihancurkan sendiri
Manusia yang bisa memulai
Manusia yang bisa mengakhiri
Manusia yang membuat sedih
Manusia juga yang membuat bahagia
Donita sengaja menulis puisi dengan bertema kehidupan di malam
ini, sepertinya hatinya sedang tersentuh, jiwanya terbelenggu memasuki area
kesedihan. Ia memang gadis puisi, selain tidak hemat ketika menulis, ia juga
mampu mempadu-padankan kata menjadi serasi. Kehidupannya menjadikan ia
berpuitika. Kesedihannya menumbuhkan kata yang indah, kehidupannya
menyuburkan alunan puisi yang tertulis melalui keyboard laptop-nya yang hampir
setiap malam ia tulis dan simpan dalam folder berjudul “Poem” miliknya.
Donita merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya bernama Shandy dan
adiknya bernama Feni. Donita memasuki awal perkuliahan di tahun ini. Ia
terlihat menikmati dan tidak menyangka, dengan keadaan yang pas-pasan ekonomi
keluarganya ia akhirnya bisa melanjutkan studinya. Dengan otak yang pas-pasan ia
sanggup mengalahkan saingannya di salah satu perguruan tinggi Jogjakarta.
Sebenarnya ketika kecil ia bahkan tidak pernah bermimpi berkuliah, apalagi di
Jogjakarta, dan tinggal di kos. Meski begitu ia bersyukur dengan yang telah
Tuhan berikan; mungkin semua sudah menjadi garis yang ditakdirkan padanya; ia
bahkan tidak menyangka kelak akan bergelar sarjana, bahkan sekarang ia
mempunyai impian yang lebih dari sarjana, yaitu doktor, hatinya penuh harap
agar selesai studinya dengan lancar dan tidak mengecewakan kedua orangtuanya,
kemudian melanjutkan kembali S2 nya dan memiliki kehidupan yang sejahtera, terlebih
memiliki suami yang sayang kepadanya. Donita tidak seperti gadis lainnya, saat
yang lain menginginkan memiliki kekasih seperti bapaknya yang di
bangga-banggakan, ia sama sekali tidak berharap begitu. Ia harap-harap cemas
mengenai jodoh. Donita tidak ingin memiliki pendamping hidup yang hanya sebatas
status sebagai suami kelak, namun pada kenyataannya tidak memiliki rasa cinta,
dan iba sama sekali, entah memukuli, bicara kasar, dan bahkan tidak
menafkahi. Itu sebuah mimpi buruk baginya.
“Hai Don, keluar yuk, mumpung besok minggu, lumayanlah kita bisa
lembur ngopi malam, gimana?”
”Hei Don, “
“Woy, Elu kemana ajaaa cuyy..”
“Ping”
“Ping”
“Ping”
Ternyata Donita tidak mempedulikan pesan dari Fanessa, bukan ia
sedang bermusuhan dengannya, memang malam ini ia sedang banyak terkuasai
hal-hal lain yang mengguncang dirinya.
“Hai, ini Donita mahasiswa baru yang kemarin dihukum pas ospek
hari ketiga kan?”
Hah ini siapa sih?? Tiba-tiba ada
Whatsapp nomor tidak dikenal begini, kalau dilihat dari foto profilnya cowok,
ganteng juga sih meski wajahnya tidak terlihat, apa jangan-jangan kakak tingkat
yang kemarin berpapasan di samping kamar mandi, atau yang dengan sengaja
meminta nomorku ketika ingin kembali ke kosan ya? Ah nekat banget ini cowok,
mana profilnya foto dari belakang lagi, mana bisa aku mengidentifikasi makhluk
ini.
Gumam Donita dalam hatinya menggerutu dan bertanya-tanya. Bikin
penasaran saja.
“Hai, lagi sibuk ya, Donita aku menyukaimu “
Referensi dari kehidupan asli si penulis ya? Wkwk 😄
ReplyDeleteTidak, sama sekali. Semua hanya imajinasi.
ReplyDeleteJika ini hanya imajinasi, saya kagum walau seting suasanya belum sempurna dan karakter tokohnya kurang kuat. Tapi baguslah, lebih bagus dari karya2ku. Hehegege
ReplyDeleteTerimakasih banyak. Untuk lebih tau karakternya lebih baik baca part sebelum dan selanjutnya. Nanti insyallah akan menemukan karakter dan unsur2 intrinsik lainnya. 😊🙏
ReplyDelete