Dendam Part 5 (Kehilangan)
“Hallo, Hallo..Ha..”? call ended titt.tittt.tiit..
“Ada apa ya Fanessa menhubungiku malam-malam begini” gumamku
“Sorry Don kepencet” balas Fanessa
Aku pikir siapa, aku sudah was-was jikalau ternyata Pandu
yang meneleponku, bahkan aku sengaja tidak membalas pesan yang menumpuk
darinya, aku berpura-pura tidur, hatiku berkecamuk, bagaimana bisa aku menolak
lelaki sebaik dia, tapi bagaimana bisa aku menolak titah hatiku. Sebenarnya
selama ini aku memendam sesuatu dalam diriku, yaitu teman lelakiku di kampus,
sengaja tidak pernah aku sebut-sebut. Pernah suatu hari aku menulis tentangnya
dalam file pribadi laptopku.
Sahabat Lelakiku
Mendung langit itu seiring
dengan perasaanku, persis di pagi ini, aku semakin merasakan bahwa kau semakin
menjauh dariku, entah apa salahku, atau entah siapa pemilikmu, yang jelas
mentari pagi ini hening tak menampakkan dan keperhatianmu yang sediakala kau
suguhkan untukku telah pudar, aku merasa seikat sendi penghias keceriaanku di
kampus lekas lenyap, aku memang tak menyukai tawamu yang berlebihan, aku juga
tak senang melihat penampilanmu yang kurang menawan, tapi ternyata terbukti aku
merindu dengan sikap-sikpmu dahulu, dahulu kau yang selalu menyapa ramah
hariku, dahulu kau yang perhatian denganku, mengingatkan tentang makan
kepadaku, bahkan sangat peduli dengan sedikit luka ditiap hariku, aku terbiasa
memarahimu saat kau menanyakan itu.
Ahh.. rupanya aku sedang membayangkan sesuatu pagi ini. Yaps.. sekarang aku mulai paham, bahwa
posisimu sekarang mungkin sudah menyelinap dihati wanita cantik mana
lagi, bagaimana aku bisa menduga seperti itu? Ya tentu, aku mengira memang seperti
itu, aku menyaksikan disetiap profil akunnnya sepertinya hanya ada wanita itu,
entah siapa yang jelas mengenakan pakaian serba putih dan aku rasa dia kuliah
dijurusan perawat, yaps kupikir betul.
Perlahan pikiranku menggenang
mengenai hal tersebut, langkah demi langkah menuju kos tempat tinggalku selama
kuliah, dengan langkahku yang terpotong-potong disetiap klakson sepeda motor
dan mobil yang berjajar dijalan, andai kau tau, mataku menatap setiap ruas
jalan, tapi isi dari tatapanku bukanlah jalan dan seiisinya, melainkan pintas
pikiran mengenai itu, cemburu ? Tidak, aku tidak cemburu juga, aku tidak
memiliki rasa dengannya, yahh mungkin tepatnya ia adalah sahabat awalku di
kampus, yaps.. Aku baru saja menepakkan beberapa bulan di kampus, ia
beberapa hari menjadi sahabat lelaki terbaikku, sekarang ia sibuk dengan
urusannya, entah aku yang terlalu jahat dengannya, aku juga masih berfikir.
Tawa disetiap anak tangga yang menghubungkan disetiap lantai gedung kampus itu
kini melayang bersama waktu, layaknya umur yang menua, perlahan sirna dan tak
kembali, kalau boleh aku bercerita, mungkin aku adalah wanita terjahat dalam
dirinya, bantuan selalu menopang harinya, akan tetapi aku selalu membayangkan
ia yang bukan dirinya, dan banyak sekali, aku selalu membayangkan ia mengenakan
pakaian dengan rapi, aku selalu menginginkan rambutnya untuk dipotong dan
klimis, aku selalu berharap sepatunya perfek, bahkan aku selalu menginginkan
supaya ritme tertawanya teratur, aku selalu menuntut berbicara secukupnya
ketika dosen berada Di kelas. Perlu aku ingat bahwa itu memang bukan dirinya,
lalu ku pikir siapa dia?Dia bukan robotku, apalagi kekasihku, lalu
menurutmu?Coba aku heningkan, aku terus berjalan menyusuri jalan hingga tepat
sampai depan pintu kos, pagi ini benar-benar mendung, raut muka langit suram,
tak ingin aku keluar kembali rasanya, aku melepas penat ragaku diruang kos,
tanganku merayu untuk menulis perasaanku ini, aku coba buka aplikasi Microsoft
Word di laptop, lalu aku mulai meluapkan semua rasaku yang menyesak didada,
mulai ku ketik dan ku ketik dilembar monitor diringi lagu romance koleksi
dilaptopku, lirik lagu yang merasuk, nada yang mendayu-dayu, membuatku semakin
tergores, dahulu aku pikir lelaki itu akan selalu berada didalam kehidupan
kuliahku, namun baru saja babak dimulai sudah mulai enyah, aku pikir ia akan
setia dalam keadaanku meski ia bukan sebagai kekasihku, hatiku menjerit mencoba
mencari ruang lain, tak satupun ku temui, aku semakin merasa kesepian, selama
aku dikota ini untuk menempuh ilmu, aku pikir hanya dia yang sudah menguasai
keprihatinan sepiku, bukan karena aku tidak bisa bergaul dengan teman sebaya
wanitaku, melainkan kehidupan adalah mengenai kecocokan, kenyamanan, dan tidak
tentang memandang penampilan, bahkan jenis kelamin untuk menjadi seorang
sahabat.
~~~
Ya begitulah, Pandu kehilangan
aku yang sedari kecil menjadi sahabatnya, dan aku kehilangan sahabat lelakiku
yang sedari mulai kuliah aku akrab dengannya dibanding lelaki lainnya. Ya
meskipun tidak pernah aku berpacaran dengannya. Berbicara mengenai kehilangan
sebenarnya aku anggap lucu, sangat lucu, ya lucu sekali karena seseorang
yang kehilangan berarti ia menemukan, ia menemukan sesuatu yang baru. Meskipun
itu akan menjadi menyakitkan atau mungkin justru kebaikannya, seperti yang
ditulis dalam buku karya Daruz Armedian bahwa saat Adam
kehilangan tulang rusuknya namun ia menemukan Siti Hawa, dan Adam pun
tidak kesepian lagi di surga meski ia harus kehilangan tulang rusuknya. Jadi
bukan berarti hal-hal yang berupa kehilangan itu menyakitkan, yang terburuk,
ataupun musnah.
~~~
Nampaknya Donita semakin berpuitis malam itu, bermain kata dimalam itu, dan
menari-nari di dalam pikirannya yang kesana dan kemari hingga Donita hanyut
dalam tidur nyenyaknya.
Comments
Post a Comment