Terlahir Kembali
Mataku terbelalak, “Aku di mana, Aku di mana?” suasananya sunyi, senyap, tiada apa pun yang ku dengar. “tidak, tidak—aku tidak mungkin di dasar jurang” aku terus berpikir-pikir mencari tahu keberadaanku. Tapi ruangan ini terlalu sempit untuk disebut jurang. Sempit sekali, ya lebih sempit dari kamarku di rumah. Aku berjalan mondar dan mandir, tidak sampai terhitung berpuluhan meter karena setiap satu langkah maju, selangkah mundur semacam menabrak sesuatu. Aku coba berjalan menyamping, sama juga batinku—ke kanan juga ke kiri tetap saja sama hasilnya. Gelap, ya gelap bagaimana aku bisa tau aku berada di mana. Ponselku, aduh di mana ponselku? Aku semakin resah, padahal aku ingat persis kemarin baru saja aku membeli kuota. Bagaimana bias ponselku pergi begitu saja—kantong, ya di kantong. Ahh tetap saja tidak ada apa-apa;bahkan sisa gajianku minggu lalu. Aku sepert...